Kamis, 21 Mei 2009

TERJAJAH DI RANAH SENDIRI



“Jika kalian tidak mujur, itu adalah karena kalian mempunyai terlalu banyak anak, dan perkawinan-perkawinan kalian adalah lebih produktif daripada kerja kalian!” Itu adalah ucapan para kapitalis untuk membuat undang-undang kemiskinan baru di Inggris pada tahun 1843. ini merupakan suatu penindasan terhadap kaum buruh yang mana sistem ini merupakan bentuk keserakahan tanpa batas begitupun yang terjadi di saat ini tengah berjalannya proyek-proyek jalan tol, pabrik-pabrik, mall, gedung-gedung bertingkat, bukan pembangunan dalam rangka membangun sumber daya manusia menuju lebih baik. Sistem ini memperkenalkan kita terhadap imperialisme lama gaya baru. Dimana rakyat digusur dari tanah mereka, meningkatnya kemiskinan di pedesaan, penggusuran warga marjinal kota, pengangguran dalam skala besar, serta perusakan lingkungan dsb. Globalisasi yang menjadi akar permasalahan ini. Singkatnya globalisasi hari ini sudah berarti penjajahan ruang hidup, ideologi yang mereka anut tak lain dan tak bukan adalah laba, menjaring dominasi pasar dan sumber daya, bukan kesejahteraan dan pemerataan keadilan. Tatanan ekonomi yang adil yang mereka kampanyekan lewat manipulasi dan dominasi teknologi informasi, mereka mencitrakan diri mereka sebagai agen yang mendorong kesejahteraan masyarakat. Namun itu hanya utopia, yang terjadi pada saat ini globalisasi telah menciptakan jurang pemisah antara kaya dan miskin. Masyarakat ini telah terdikte, berada dibawah kontrol modal, berdiri di bawah ketiak kapital, menaruh harapan penuh agar mendapatkan keadilan dan kesejahteraan dari mereka. Bagaimana kaum pekerja dapat memahami filantropi secara tiba-tiba dari kaum manufaktur, hari ini para buruh masih sibuk bertempur melawan Undang-undang delapan jam kerja,yang adalah hari kerja kaum pekerja pabrik bekerja delapan jam!Sampai-sampai upah mereka
Dipotong untuk beberapa persen oleh lembaga penyalur tenaga kerja yang mempunyai kaitan erat (hubungan kerja) dengan perusahaan – perusahaan, serta tidak diberi jaminan sosial atau dana kecelakaan (santunan) saat menjalankan tugasnya. Globalisasi memberikan dampak yang baik dan buruk. Memang kedua sisi tersebut tidak bisa dipisahkan lagi. Namun yang menjadi pertanyaan kami disini adalah mengapa setiap resiko keburukan yang terjadi di negara ini adalah masyarakat marjinal yang menanggung akibatnya? seperti halnya dalam pembangunan pabrik-pabrik
diatas lahan-lahan milik para petani. Seperti contoh kasus pencaplokan tanah milik petani oleh korporasi dengan kawalan TNI dan Polisi, penggusuran warga miskin kota yang menduduki lahan-lahan strategis ekonomi untuk
pembangunan jalan tol. Shoping center, perumahan mewah (tahun 1993), bagaimana ekploitasi sumberdaya alam di Kalimantan, Sumatera Selatan. Serta masih banyak kasus yang kita tidak terungkap.
Memang disatu sisi itu adalah bagian dari pendapatan negara dan daerah, yang dapat mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di negeri ini, namun siapa yang harus menjadi tumbalnya? masyarakat marjinal yang harus menanggung resikonya. Bagaimana perlawanan mereka untuk memperjuangkan haknya? Mereka terus berjuang dibawah ancaman korporat lokal atau asing dengan kawalan TNI dan Polisi. Yang mana perjuangan ini merupakan melawan ancaman dominasi modal yang harus dibayar dengan nyawa demi memperjuangkan atas hak mereka. Ini adalah wujud dari neo-liberalisme, dimana sistem ini mengutamakan proyek pembangunan perusahaan besar, serta masyrakat yang menjadi korban. Bukan persaingan yang adil seperti yang mereka gembor-gemborkan lewat kampanye manipulasi dunia maya dan teknologi. Melainkan memperkuat dinding pemisah antara kaum aristokrat dan kaum proletar.“Baik buruknya keadilan di negeri ini, adalah hasil peradaban manusia, untuk ini sudah selayaknya kita melakukan upaya perubahan agar kita tidak terjajah ditanah sendiri.”

Minggu, 10 Mei 2009

MENELAN MENTAH


Pasca keruntuhan orde baru pada tanggal 1998, disambut oleh masyarakat, dan masyarakat Jakarta, dengan tumpah ruah dijalan, mereka bersujud kepada pemilik alam ini dengan berlinang air mata, entahlah mereka sudah bosan dipimpin selama setengah abad hanya 2 orang saja. Seiring dengan keruntuhan pemerintah orde baru, tanah ini mengalami krisis moneter yang berkepanjangan, yang saat ini masih dirasakan oleh masyarakat, berbagai kebutuhan pokok terus mengalami kenaikan, jutaan lahan pertanian dirubah menjadi lahan industri yang limbahnya terus berserakan, parahnya lagi gas elpiji menjadi langka, padahal masyarakat ini telah dijejali oleh negara, bahwa konversi minyak ke gas adalah alternatif untuk menghemat energi minyak dan membawa kemaslahatan bagi rakyat. Apakah ada alternatif lain?.

Sesungguhnya kita telah terjebak oleh kapitalisme internasional, yang menyeret kedalam peningkatan dan keterkaitan antar bangsa dan manusia melalui perdagangan investasi, budaya, politik dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas negara menjadi bias.

Globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Pengaliran investasi (modal) fortopolio yang semakin besar, dimana negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif tinggi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang, sehingga ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multi nasional semakin meningkat.

Krisis finansial menunjukan bahwa ketergantungan antar bangsa itu terlihat jelas, dimana krisis yang melanda asia pada tahun 1997 yang mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar terpuruk, maka banyak korporasi-korporasi di Asia ikut terpuruk. Diantaranya Grup Salim, yang lebih dikenal dengan Liem Sioe Liong. Yang merupakan korporasi berbasis keluarga terbesar di Indonesia, yang asetnya mencapai US$ 10 milyar (sekitar 100 triliun) sebelum krisis terjadi, namun pada saat krisis melanda Asia, grup salim pun mengalami keterpurukan, karena nilai tukar rupiah terhadap dollar mengalami kemerosotan dan harus membayar utang-utangnya yang ikut membengkak kepada pemerintah dalam dolar. Serentak dengan keterpurukannya grup salim, ratusan ribu nasabah bank BCA menarik dananya seraca serentak, membuat bank swasta dengan jumlah terbesar itupun kolaps. Bank Indonesia (BI) sempat menyuntikan bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kepada BCA sampai akhirnya pemerintah mengambil alih BCA – yang merupakan mesin uang Grup Salim. Dimana grup salim memegang 70% dan sisanya dua anak dari Suharto (Siti Hardiyanti Rukamana (Tutut) dan Sigit Harjojudanto).

Krisis finansial global yang terjadi pada saat ini tidak jauh berbeda dengan krisis yang melanda Asia ditahun 1997 lalu, dimana beberapa perusahaan sekuritas di Indonesia mengalami penurunan laba, saat ini ada beberapa perusahaan yang MKBD (modal kerja bersih disesuaikan)-nya sudah menyentuh level minimum Rp 25 milyar. Seperti PT. Sekuritas Indo Pasifik, PT. Makindo Securities, dan PT. First Asia Capital. Itu berbahaya, sebab berdasarkan peraturan Bapepam perusahaan yang gagal memenuhi batas minimum harus dihentikan pembukaan rekening efek untuk nasabah baru pada hari kerja berikutnya. Kondisi inilah yang memaksa para AB (anggota bursa) melakukan langkang efisiensi. Bahkan kabarnya, sebuah sekuritas asing telah melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) terhadap sejumlah karyawannya. Sekuritas lokal juga mulai membayangi ancaman PHK.

Kapitalisme yang berwujud neoliberalisme bukan lagi kepentingan antar bangsa, melainkan kepentingan akumulasi kapital bagi korporasi. Dan dalam neoliberalisme, siapapun, dari bangsa manapun dapat berpartisipasi dalam praktek imperialisme global.

Rabu, 06 Mei 2009

KHAYALAN DEMOKRASI

Fenomena pesta demokrasi yang selalu terjadi di Indonesia selalu berujung pada ketidakpuasaan yang mereka capai serta terjadi kericuhan dengan ketidakpuasaan hasil akhir dari pemilihan umum. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Kedaulatan rakyat yang dimaksud disini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden, namun sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini merupakan berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun negara. Kata "demokrasi" dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Konsep demokrasi merupakan sebuah kata kunci tersendiri didalam politik. Namun demokrasi sendiri mempunyai kelemahan yang bisa menimbulkan kericuhan dari ketidakpuasan seseorang dalam mencapai tujuannya.

Peristiwa Medan pekan lalu adalah salah satu contoh dari boroknya demokrasi di Indonesia. Yang mana demokrasi Medan merupakan kekuasaan yang dikendalikan barisan, kerumanan yang dibentuk oleh sekelompok orang untuk memainkan peran. Padahal demokrasi adalah arena warga negara bukan massa. Demokrasi hari ini adalah sebuah kekeliruan dengan dalih hanya sebuah tragedi sampai-sampai demokrasi di Indonesia harus menelan tumbal. Demokrasi juga dalam mencangkup keseluruh aspek, bagaimana kapitalisme menjajah negeri ini, tentunya merupakan penghianatan demokrasi di negeri ini yang dibangun dengan susah payah oleh para pejuang dalam masa kolonialisme Belanda. Pecahnya reformasi pada tahun 1998 lalu bukan untuk meruntuhkan kediktatoran orde baru tetapi untuk mereformasi keseluruh aspek. Namun pemerintah ini masih membiarkan kapitalisme bercokol di negeri ini dengan menguasai serta mengeksploitasi sumberdaya alam yang memberikan keuntungan yang banyak untuk pemilik korporasi-korporasi asing serta lokal dan sedikit untuk penguasa, dan kita tidak mendapatkan porsi sedikitpun. meluasnya kapitalisme tersembunyi melalui kebijakan-kebijakan produksi berorientasi ekspor untuk memenuhi pasar dunia.
keberhasilan gerakan demokrasi Indonesia sebagian disebabkan oleh krisis moneter menerpa negeri ini pada tahun 1997, ketika kurs rupiah terpuruk sampai nilainya hanya seperempat nilai sebelumnya. Perusahaan-perusahaan jatuh bangkrut,kelas menengah merasakan kesejahteraan mereka tergerus, dan warga Tionghoa kaya berusaha mengamankan harta mereka ke luar negeri. Pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat banyak dari kalangan menengah jatuh miskin, dan lonjakan dramatis harga bahan pokok mendorong demonstrasi besar-besaran.
dinamika demokratisasi dan reformasi dalam konteks pembangunan proyek-proyek neoliberal mengutamakan pembangunan perusahaan besar .

Demokrasi hari ini penuh dengan kebohongan, manipulasi argumen basa basi surgawi yang terlontar dari para pengagung kebebasan yang berasaskan keserakahan tanpa batas. Suka tidak suka senang tidak senang hidup kita serta anak-anak kita berada dibawah kekuasaannya.


Kamis, 30 April 2009

Bedah Kejahatan Korporasi : Dahaga Diatas Mata Air


Siapa yang tak kenal dengan merk dagang Aqua? Sangking terkenalnya, nama Aqua kini telah menjadi semacam nama generik dari produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) serupa di Indonesia. Coba perhatikan sekitar kita, berapa banyak org yg kita temui menyebut nama Aqua saat mereka hendak membeli AMDK di warung atau toko? Dan perhatikan juga, jarang sekali ada pembeli yang protes saat mereka diberi VIT, RON 88 atau ADES oleh si penjual walaupun sebelumnya mereka meminta “Beli Aqua satu…”

Hal itu mungkin sekali terjadi karena Aqua adalah pelopor bisnis AMDK dan menjadi produsen AMDK terbesar di Indonesia. Bahkan pangsa pasarnya sendiri saat ini sudah meliput Singapura, Malaysia, Fiji, Australia, Timur Tengah dan Afrika. Di Indonesia sendiri mereka menguasai 80 % penjualan AMDK dalam kemasan galon. Sedangkan untuk keseluruhan market share AMDK di Indonesia, Aqua menguasai 50 % pasar. Saat ini Aqua memiliki 14 pabrik yang tersebar di Jawa dan Sumatra.

Produsen AMDK Aqua, PT. Golden Mississippi (kemudian bernama PT Aqua Golden Mississippi) yang bernaung dibawah PT. Tirta Investama (selanjutnya, dalam tulisan ini akan disebut sebagai Aqua saja, untuk mewakili korporasi produsen AMDK tersebut), didirikan pada 23 Februaru 1973 oleh Tirto Utomo (1930-1994). Pabrik pertamanya didirikan di Bekasi. Sejak saat itu, org Indonesia mulai mengubah salah satu kebiasaannya secara mendasar dengan membiasakan diri mengkonsumsi AMDK, membeli air.

Danone, sebuah korporasi multinasional asal Perancis, berambisi untuk memimpin pasar global lewat tiga bisnis intinya, yaitu: dairy products, AMDK dan biskuit. Untuk dairy products, kini Danone menempati posisi nomor satu di dunia dengan penguasaan pasar sebesar 15 %. Adapun untuk produk AMDK, Danone juga mengklaim telah menempati peringkat pertama dunia lewat merek Evian, Volvic dan Badoit. Untuk bisa mempertahankan diri sebagai produsen AMDK nomor satu dunia, Danone tentu saja harus berjuang keras menahan gempuran Coca-Cola dan Nestle.

Untuk menambah kekuatannya, Danone mulai memasuki pasar Asia, dan mengambil alih dua perusahaan AMDK di Cina. Menyadari kekuatan kecil Aqua yang belum terjamah oleh Coca-Cola atau korporasi lainnya, Danone buru2 mendekati Aqua. Akhirnya, pada tanggal 4 September 1998, Aqua secara resmi mengumumkan “penyatuan” kedua perusahaan tersebut dan bertepatan dgn pergantian millenium, pada tahun 2000 Aqua meluncurkan produk berlabel Danone-Aqua. Pada tahun 2001, Danone meningkatkan kepemilikan saham di PT. Tirta Investama dari 40 % menjadi 74 %, sehingga Danone kemudian menjadi pemegang saham mayoritas grup Aqua.

Tapi, pertanyaannya adalah, datang dari manakah air bersih yg dijual oleh Aqua sehingga sekarang manusia perlu membayar hanya untuk mendapatkan air bersih?

KISAH DARI SEBUAH SUMBER MATA AIR

Salah satu dari sekian banyak mata air yang dieksploitasi dan disedot habis2an oleh Aqua hingga hari ini adalah mata air Kubang yang terletak di kampung Kubang Jaya, desa Babakan Pari yg berada di kaki gunung Salak, Sukabumi bagian utara.

Sumber mata air di Kubang mulai dieksploitas oleh Aqua sejak sekitar tahun 1992-an. Kawasan mata air Kubang yang sebelumnya merupakan kawasan pertanian, kemudian oleh Aqua diubah menjadi kawasan seperti hutan yg tidak boleh digarap oleh warga setempat. Sekeliling kawasan mata air Kubang dipagari tembok oleh Aqua dan dijaga ketat oleh petugas keamanan sewaan selama 24 jam penuh setiap harinya. Tidak ada seorgpun yg boleh memasuki kawasan tersebut tanpa surat ijin yang ditandatangani langsung oleh pimpinan kantor pusat Aqua Grup di Jakarta.

Pada awalnya air yang dieksploitasi oleh Aqua adalah air permukaan, yaitu air yg keluar secara langsung dari mata air tanpa dibor. Namun pada tahun 1994, Aqua mulai mengeksploitasi air bawah tanah dengan cara menggali jalur air dengan mesin bor bertekanan tinggi.

Sejak air di mata air Kubang disedot secara besar-besaran oleh Aqua, banyak perubahan yang dirasakan oleh warga sekitar. Yang paling terasa adalah menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air di desa, dan ini berdampak buruk pada kehidupan warga desa itu sendiri. Penurunan daya dukung air ini tampak dari mulai munculnya masalah-masalah terkait dengan pemanfaatan sumber daya air di tingkat komunitas sejak sumber mata air Kubang dikuasai oleh Aqua. Salah satu masalahnya adalah kurangnya ketersediaan air bersih untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari termasuk air untuk minum, memasak, mencuci, mandi dan lain-lain. Masalah ini dapat dilihat dari keadaan-keadaan sumur-sumur milik warga yang menjadi sumber pemenuhan akan kebutuhan air bersih sehari-hari. Sekarang, tinggi muka air sumur milik kebanyakan warga maksimal hanya tinggal sejengkal saja atau sekitar 15 cm. Bahkan beberapa sumur sudah menjadi kering samasekali. Padahal sebelum Aqua menguasai air di sana, tinggi muka air sumur biasanya mencapai 1-2 meter. Dulu, hanya dengan menggali sumur sedalam 8-10 meter saja, kebutuhan air bersih untuk sehari-hari sudah sangat terpenuhi. Sekarang, warga perlu menggali sampai lebih dari 15-17 meter untuk mendapatkan air bersih. Dulu, warga tidak memerlukan mesin pompa untuk menyedot air untuk keluar dari tanah, sekarang dalam sekali sedot menggunakan mesin pompa, air hanya mampu mencukupi 1 bak air saja dan setelah itu sumurnya langsung kering. Bahkan pada beberapa kampung, apabila dalam sebulan saja hujan tidak turun, sumur menjadi kering sama sekali. Padahal dulu, saat musim kemarau memasuki bulan ke-6 pun tidak membuat air sumur menjadi kering.

Masalah lainnya lagi adalah, kurangnya ketersediaan air untuk kebutuhan irigasi pertanian. Masalah ini dialami oleh para petani dari hampir semua kampung di kawasan desa Babakan pari. Saat ini para petani di beberapa kampung tersebut saling berebut air karena ketersediaan air yang sangat kurang. Bahkan beberapa sawah tidak kebagian air dan mengandalkan air dari air hujan saja. Akibatnya, banyak sawah kekeringan pada musim kemarau dan tentu saja hal ini menimbulkan masalah perekonomian yang cukup serius bagi para petani.

Hal serupa juga terjadi di Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Aqua mengeksploitasi air secara masif dari tengah sumber mata air di Kabupaten Klaten sejak 2002. Sama dengan apa yang terjadi di desa Babakan Pari, mayoritas penduduk di daerah tersebut juga menopang kehidupannya dari pertanian. Karena debit air menurun sangat drastis sejak Aqua beroperasi di sana, sekarang para petani terpaksa harus menyewa pompa untuk memenuhi kebutuhan irigasi sawahnya. Untuk kebutuhan sehari-hari, penduduk harus membeli air dari tangki air dengan harga mahal karena sumur-sumur mereka sudah mulai kering akibat “pompanisasi” eksploitatif yang dilakukan oleh Aqua. Hal ini sangat ironis mengingat Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya air. Di satu Kabupaten ini saja sudah terdapat 150-an mata air.

Aqua memiliki izin untuk mengambil air sebanyak 18 liter per detik melalui sumur bor di dekat mata air Sigedang, yang juga merupakan air sumber irigasi untuk lahan pertanian di lima kecamatan. Ironisnya, saat kurangnya air irigasi ini memicu konflik di antara petani itu sendiri dalam soal perebutan sumber air yang semakin mengering demi sawah-sawah mereka, Aqua malah mengajukan permintaan menaikkan debit dari 18 liter menjadi 60 liter per detik. Salah satu hal yang juga menjelaskan mengapa ide swasembada pangan semakin menjadi angan-angan belaka.

Hingga saat ini Grup Aqua memiliki 10 sumber mata air di:

1. Berastagi, Sumut

2. Lampung (Jabung dan Umbul Cancau)

3. Mekarsari, Sukabumi (Kubang)

4. Subang (Cipondoh)

5. Wonosobo (Mangli)

6. Klaten (Sigedang)

7. Pandaan, Jatim

8. Kebon Candi, Jatim

9. Mambal, Bali

10. Menado (Airmadidi)

Hari ini, selain Aqua, terdapat 246 perusahaan AMDK yang beroperasi di Indonesia. Produksi AMDK amat boros air. Menurut catatan ASPADIN (Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia), perusahaan AMDK di seluruh Indonesia setiap tahun membutuhkan sekitar 11,5 miliar liter air bersih, namun yang pada akhirnya menjadi produk AMDK hanya sebanyak 7,5 miliar liter per thn. Sisanya, 4 miliar liter air bersih, terbuang percuma untuk proses pencucian dan pemurnian air.

KEJAHATAN YANG TERLUPAKAN DI BALIK LEGALITAS

Sama seperti sayur-sayuran, air yang merupakan sebuah produk alam, keluar dari muka bumi secara gratis dan tentu saja bukanlah “milik” siapapun. Sama seperti oksigen, seharusnya siapapun dapat mengakses air bersih. Apa yang terjadi di desa Babakan Pari dan Kabupaten Klaten tadi adalah contoh kecil bagaimana korporasi menguasai apa yang sudah seharusnya dapat diakses oleh semua orang, dan lalu menjualnya kembali kepada semua orang. Air bersih yang keluar dari muka bumi diklaim sebagai “milik” sebagian individu saja melalui jalur legal, disedot, disuling, dan dikemas oleh korporasi lalu ditenteng, dijajakan, diperiklankan, dan dijualbelikan kepada semua orang-karena semua orang membutuhkan air bersih.

Menurut penelitian, ketersediaan air tawar saat ini kurang dari 1,5 % dari seluruh air di muka bumi. Saban dua dasawarsa, kebutuhan umat manusia akan air tawar meningkat dua kali lipat. Angka itu dua kali lebih besar daripada tingkat pertumbuhan penduduk. Apabila tendensi ini berlangsung terus, pada tahun 2025 permintaan akan air tawar diperkirakan akan meningkat sebesar 56 % melebihi yang tersedia saat ini. Kita dapat bayangkan sendiri apa yang akan terjadi apabila masa tersebut tiba, sementara air bersih dikuasai oleh beberapa individu saja melalui korporasi-korporasinya.

Bagi sebagian orang, apa yang dilakukan oleh produsen AMDK seperti Aqua adalah sebuah bentuk “kejahatan legal”. Legal, karena hukum dan masyarakat mengakui bahwa Aqua “berhak” atas air yang keluar dari muka bumi secara gratis untuk menjadi “milik” mereka, karena mereka lalu memproduksinya secara “legal” serta memperjualbelikannya, dan semua itu dilakukan dibawah perlindungan hukum. Artinya tidak melanggar hukum, tentu saja.

Namun, legalitas dan hukum adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia, dan selalu ada kepentingan tertentu di balik apapun yang diciptakan manusia. Hukum memang diciptakan untuk melindungi kepentingan mereka yang mampu menciptakannya.

Dalam kebijakan neoliberalisme, pengambil-alihan sumber daya air ini adalah hasil diterapkannya praktek privatisasi. Gagasan privatisasi terhadap sumber daya air ini diajukan terutama oleh Bank Dunia dan IMF, tentu saja dengan dukungan korporasi-korporasi multinasional dibaliknya. Privatisasi sumber daya air di banyak negara dilakukan untuk memenuhi persyaratan IMF dan Bank Dunia ketika memberikan pinjaman kepada negara tersebut.

Saat ini “hanya” air, tanah, api, dan udara yang bersih, suatu ketika mungkin akan sampai satu masa dimana bahkan sinar mataharipun menjadi barang dagangan dan tak tersisa sedikitpun hasil dari bumi ini yang bisa kita rasakan manfaatnya tanpa mengeluarkan uang. Masalahnya, tidak semua orang memiliki uang yang cukup, bahkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan bertahan hidup. Dan ini semua tampak tidak seperti sebuah kejahatan karena hukum melindungi dan melegalisir semua hal tersebut.


copyright.by jurnal apokalips

Sabtu, 07 Februari 2009

kurangnya kesadaran masyarakat


Apakah anda tahu tanda disamping seperti ini, atau anda rambu – rambu lalu lintas yang lainnya, terkadang saya pun tidak mengerti terhadap mereka (pengguna motor/mobil dan penumpang angkutan umum), apakah mereka itu tidak mengerti tanda rambu – rambu tersebut? atau membodohi diri sendiri dengan pura – pura tidak mengetahui akan adanya rambu – rambu tersebut, saya kira mereka bodoh bila tidak mengetahui akan adanya rambu – rambu tersebut, padahal setiap membuat SIM (surat izin mengemudi) biasanya dilakukan tes lisan (untuk mengartikan tiap rambu – rambu lalu lintas) atau tes praktek (cara – cara berlalu lintas yang baik). Padahal di setiap jalan raya terpampang jelas rambu – rambu tersebut. Sepertinya para petugas sia – sia saja memasang rambu – rambu tersebut toh para pengguna jalan acuh tak acuh saja akan adanya rambu – rambu tersebut mengapa sia – sia? kita bisa lihat kota Cimahi seperti di depan rumah sakit (RS) Dustira, di depan pura (Sriwijaya) atau di daerah Cimahi lainnya, dimana para pengguna jalan (pengendara motor/mobil) dengan cueknya berhenti di daerah tersebut padahal terpasang rambu – rambu dilarang parkir sebelum rambu – rambu berikutnya tapi mengapa mereka mereka dengan cueknya berhenti di daerah tersebut, tapi anda bisa bandingkan tanda rambu – rambu tersebut yang terpampang di depan markas tentara, para pengguna jalan (pengguna motor/mobil) tidak akan berani berhenti di daerah tersebut mengapa? Mungkin anda bisa coba sendiri ! apa yang akan dilakukan oleh petugas (provost) sepertinya anda akan ditegur.

Maka dari sinilah kurangnya kesadaran dan kedisplinan masyarakat kita, seolah – olah itu bukan suatu permasalahan yang krusial, padahal itu suatu masalah yang sangat krusial, dimana setiap peraturan yang diterapkan oleh pemerintah itu perlu dipatuhi dan di ta’ati oleh masyarakat dan juga bagi pihak yang membuat peraturan tersebut, dan perlu adanya ketegasan dari pihak pemerintah atau instansi yang terkait (polisi lalu lintas) jangan hanya memeriksa surat kendaraan (STNK) dan surat izin mengemudi (SIM) saja tetapi jadikanlah rambu – rambu itu ada artinya bukan hanya pajangan saja.

mungkin tulisan ini tidak terlalu penting tetapi anda perlu memahami isi dari tulisan ini, ini adalah sebuah karya tulis yang instan siap saji sebagaimana orang – orang barat menciptakan makanan basi siap saji, tetapi ini bukan karya tulis yang basi dan perlu adanya perhatian bagi pihak – pihak yang terkait khususnya masyarakat dan pemerintah Cimahi.

GET RICH OR DIE TRYING


Get Rich Or Die Trying, sebuah judul album salah satu rapper terkenal di Amerika sana, tapi bagiku album itu bukan hanya sekedar judul, tetapi mempunyai makna yang dalam cie…..h. Sebuah kalimat motivasi untuk terus berusaha, atau mati berusaha, tapi itu lebih baik ketimbang tidak melakukan apapun. Ketika kita berusaha untuk mencapai tujuan dan gagal rasanya hal itu lebih manis daripada hanya berdiam diri.

Bagi kami – kami kaum pengangguran motivasi sangatlah penting terutama untuk ynag berkali – kali gagal dalam memulai sebuah usaha, aku pernah putus asa dalam mendapatkan sebuah pekerjaan, impian ku dapat kerja di sbuah pabrik, beli sepeda motor lalu menikah, tapi itu mungkin hanya sebuah angan – angan yang belum tercapai, dimanan hidup itu tak semudah dengan impian yang saya bayangkan. Pernah kucoba berwiraswasta di bidang barang – barang bekas tapi berkali – kali tetapi kegagalan yang aku temui.

Tapi hal itu bukan untuk disesali, belajarlah dari pengalaman terus kejar semua impian dan cita – cita karena tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang bila kita sendiri yang berusaha mengubahnya.

Sukses seseorang tidak ditentukan dari beberapa banyak dia mengumpulkan materi tapi dilihat bagaimana dia menjalani proses, sukses juga bukan hanya bakat dan turunan karena dari 100% kesuksesan bakat hanya berperan 1% saja selebihnya dari pengalaman dan proses pelatihan, disiplin yang konsisten