Jumat, 25 Februari 2011

melawan lupa


Melawan lupa merupakan suatu istilah dari berupa kesalahan yang menelan korban, baik itu diri kita sendiri ataupun orang lain yang menjadi korban atas apa yang telah kita kerjakan. Melawan lupa disini merupakan kejadian yang krusial bagi hajat orang banyak. 6 tahun telah berlalu longsor sampah TPA (tempat pembuangan akhir) leuwigajah yang menelan ratusan korban, atas apa yang telah dilakukan orang – orang goverment, Kami berdiri disini untuk melawan lupa dari kejadian tersebut. Melawan lupa berarti mengingatkan kembali kepada suatu momen ataupun pada sosok (orang). Makna melawan lupa memberikan makna yang begitu luas. Melawan lupa disini hanya bagian terkecil dari opini seseorang yang mencoba mengembangkan kembali makna melawan lupa itu sendiri, mungkin kalian dapat memberikan opini yang berbeda dari kami. Kami hanya mengingatkan kembali atas kejadian ataupun suatu sosok yang menurut kami itu tak mungkin kami dapat lupakan begitu saja, mengapa? Karena kejadian ini sangat merugikan bagi kehidupan kami baik itu dari segi kesehatan maupun dari segi yang lainnya.
Tulisan ini mengulas tentang peringatan melawan lupa yang dilakukan oleh warga adat Kp.Cireundeu, Walhi, komunitas vespa Batujajar, SMA 4 Cimahi, SMA 1 Batujajar, Komunitas Karinding Iwoeng Djadi, Komunitas Karinding Laken, Komunitas Karinding Barat, Sunda Kabuyutan, Jenggala Nirmala serta kawan - kawan Komunitas yang lainnya.

Mereka berkumpul menjadi satu barisan yang kokoh dalam peringatan tersebut, membangun arti persaudaraan ditanah Pasundan. Berikut rentetan acara yang telah terlaksana dari peringatan melawan lupa peringatan longsor sampah TPA Leuwigajah yang dilaksanakan di Kp.Cireundeu pada tanggal 21 Februari 2011.
Peringatan dilaksanakan di Bale saresehan Kp. Adat Cireundeu yang di ikuti oleh kawan – kawan dari berbagai komunitas, awalan dibuka dengan melakukan olah rasa, merenung kepada sang pencipta memanjatkan doa yang bertujuan berdoa kepada sang pencipta seperti halnya umat islam memanjatkan doa dengan bahasa arab, umat kristiani dengan bahasa yang telah mereka sesuaikan begitu pula dengan agama yang lainnya. Namun pada dasarnya semua memiliki tujuan dan maksud yang sama. Karena tuhan tidak akan siloka oleh basa.
Tujuan demi tujuan kami panjatkan doa kepada sang Pencipta untuk para korban longsor serta memohon ampun atas perbuatan para ais pangampih kita (wakil rakyat) sehingga menelan korban satu kampung, serta kami tak lupa mendoakan agar sampah tidak dibuka kembali sehingga tidak ada korban berikutnya akibat sampah, baik itu korban harta, nyawa, serta limbah yang dikeluarkan terhadap pemukiman di sekitarnya.
Setelah selesai olah rasa yang dilakukan di Bale Saresehan kami berjalan menuju tempat longsor sampah, sesampai ditempat kejadian kami melakukan rajah yang diikuti oleh kawan – kawan dari berbagai komunitas serta kawan – kawan dari media, rajah dipimpin oleh Kang Rahmat Leuweung, rajah yaitu berupa doa juga komunikasi antara mahluk hidup yang terlihat serta yang tidak terlihat, hal ini dilakukan karena kami yakin bahwa tuhan menciptakan manusia, hewan, tumbuhan, dan jin, maka dalam istilah sunda ada yang namanya mipit amit ngala kudu menta, yang bermaksud apa yang kita lakukan harus meminta izin kepada yang terlihat maupun yang tidak terlihat oleh kita.




Setelah selesai rajah. penutupan kami lakukan dengan tabur bunga yang bertujuan untuk mengembangkan serta mewangikan kembali tempat yang menjadi peristiwa longsor serta mengembangkan kembali apa yang menjadi cita- cita para sesepuh yang belum terlaksana, maka dari itu kita sebagai penerus berusaha mengembangkan apa yang menjadi cita – cita sesepuh untuk menjadi lebih baik dari hari – hari kemarin.
Harapan serta upaya kerja keras yang kami lakukan semata bukan untuk mencari materi, ketenaran ataupun sebagainya, apa yang kami lakukan akan kami lakukan mengikuti hati nurani kami. Karena kami bukan robot yang tergerak oleh remote kontrol kendali modal.

team redaksi : rosi dan han
foto : LR
editor :bangkong